Pages

Kamis, 26 Juni 2014

RIHLAH KELUARGA BESAR NF BANDUNG



 
Libur telah tiba…..
Libur telah tiba…..
Hatiku gembira….

Keriangan hati Tasya Kamila sewaktu menyanyikan lagu itu sepertinya mewakili keceriaan kami saat ini. Betapa tidak, setelah sekian lama melakukan rutinitas yang sama hampir setiap hari. Kini saatnya kami melepas semua kepenatan yang melanda.  Selasa, 24 Juni 2014 menjadi moment yang sangat ditunggu. Hari itu Bimbingan Belajar Nurul Fikri mengadakan Rihlah ke Ciwidey yang diharapkan bisa menguatkan ukhuwah.

Hawa dingin yang menyeruak kota Bandung pagi itu tidak menyurutkan semangat peserta Rihlah untuk mengarungi perjalanan ke Ciwidey. Para peserta yang terdiri dari pengajar Fulltime dan keluarga, pengajar Freelance dan keluarga, Staff administrasi, Petugas Kebersihan memiliki hati yang sama: Gembira!!. 

Berangkat pukul 07.00 menggunakan bus terasa sangat menyenangkan. Perjalanan yang tidak begitu macet semakin menambah keriangan para peserta. Untuk mengusir kejenuhan selama perjalanan, di dalam bus diadakan berbagai macam games yang banyak mengundang gelak tawa.

Bau khas embun pagi, kebun tehh, dan kebun strawberry cukup menggoda hati kita untuk segera sampai dilokasi Rihlah. Tepat pukul 09.00, Bus akhirnya sampai juga di Lokasi tujuan pertama, Situ patenggang. Sebuah danau yang indah yang memiliki banyak mitos dan legenda.Hamparan air yang tenang dan sesekali menari nari diterpa angin merupakan pemandangan mata yang luar biasa. 

Sesekali perahu perahu kecil yang membawa para pengunjung Situ Patenggang membuyarkan lamunan kita. Lamunan yang membawa kita mensyukuri semua ciptaan Tuhan yang begitu indah.
Situ Patenggang berawal dari sebuah legenda dan mitos, nama Situ Patenggang Ciwidey menurut cerita yang beredar berasal dari bahasa Sunda "Pateangan-teangan" yang dalam bahasa Indonesia artinya "saling mencari". Singkat cerita konon legenda ini mengisahkan tentang 2 sepasang kekasih antara seorang prabu yang bernama Ki Santang dan putri titisan dewi yang bernama Rengganis. Mereka terpisah begitu sangat lama, namun rasa cinta yang begitu mendalam antara keduanya, akhirnya mereka memutuskan untuk saling mencari. Pada suatu hari, akhirnya mereka di pertemukan sekitar danau tepatnya diantara sebuah batu. Sampai saat ini, batu tersebut dikenal dengan nama "Batu Cinta". Sang dewi, kemudian meminta sang prabu untuk dibuatkan sebuah pulau diantara danau tersebut. Sekarang, pulau ini dinamakan Pulau Asmara atau Pulau Sasuka.

Untuk mengobati rasa penasaran seperti apa Batu Cinta yang tersohor itu, maka  kami  beramai ramai menggunakan perahu kayu  mengarungi danau Situ  Patenggang. Rasa lelah sepertinya tidak tampak dari kami. Kira kira 10 menit berlayar kecil menggunakan perahu,sampailah kita di Batu Cinta yang legenda itu. Hanya sebuah batu. Ukurannya juga tidak terlalu besar. Dinding dinding batunya banyak tertulis nama nama pengunjung batu Cinta ini. Konon jika menulis namanya disini ,maka hubungan asmara akan langgeng.

Terik matahari mulai mengganggu pandangan mata. Tapi hal itu tidak mengeringkan semangat kami untuk bermain Games. Puas bermain main di Batu Cinta, kami kembali naik perahu untuk beristirahat sejenak di pendopo bambu  yang sudah disediakan. Sebelum acara santap siang,diselingi dengan acara perkenakan dulu dan sambutan dari manajer NF Jabar 1 dan 4 , Pak Surali.

Setelah puas menyantap makan siang, dan manikmati panorama Situ Patenggang yang membuat decak kagum, kami kembali naik Bus untuk perjalanan menuju lokasi berikutnya. Tak memakan waktu lama untuk mencapai tujuan kami selanjutnya,yaitu Ranca Upas. Ranca Upas lebih dikenal sebagai bumi perkemahan. Selain itu, Ranca Upas juga memiliki keelokan dunia yaitu pemandian air panas. Tak sabar rasanya kami untuk mencicipi air hangat kolam yang sedari tadi tampak memanggil manggil kami. 

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 04.00 sore. Waktunya kami untuk segera kembali ke Bus dan melakukan perjalanan pulang. Terasa begitu singkat. Kalau bisa menghentikan waktu, ingin sekali kuhentikan. Karena perjalanan ini begitu menyenangkan. Tidak ada batas di antara kami. Semua sangat menikmati dan penuh keriangan.

Waktu terus berjalan, bus yang kami tumpangi pun perlahan lahan meninggalkan Ranca Upas. Sepanjang perjalanan, seruang memori di kepala akan kami kosongkan dan akan diisi dengan kenangan tak terlupakan Rihlah Nurul Fikri.

Semoga Rihlah ini semakin mempererat tali persaudaraan, menambah kecintaan kami terhadap lembaga yang sangat luar biasa ini. Nurul Fikri. Aamin

Penulis : Ollie Maulidzi

Posting Komentar

Terima Kasih